STRATEGI PEMBELAJARAN KONSTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
( CTL)
Oleh: Zainal Masri
- Pendahuluan
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, telah membawa perubahan yang signifikan
terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia baik dari segi ekonomi,
sosial, budaya maupun dunia pendidikan, dan dilapangan banyaknya
ditemukan pertanyaan-pertanyaan yang berkisar pada permasalahn
pembelajaran antara lain bagaimana cara yang terbaik untuk menyampaikan
dan membelajarkan materi sehingga materi dapat dipahami dengan mudah,
dan pertanyaan lain bagaimana guru dapat membuka pikiran siswa sehingga
mereka dapat mempelajari konsep dan teknik yang akan digunakan dalam
pembelajaran sehingga semua murid dapat tetap mengingat dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan.
Pertanyaan-pertanyaan
di atas beralasan karena berbagai fakta di lapangan menunjukkan
fenomena yang cukup memprihatinkan seperti kebanyakan siswa disekolah
tidak dapat membuat hubungan antara apa yang mereka pelajari dan
bagaimana pengetahun tersebut dapat diaplikasikan. Namun semua itu dapat
di selesaikan melalui pembelajaran Constextual Teaching and Learning(CTL), yang
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang banyak dibicarakan
orang dan pembelajaran dengan menghubungkan materi dengan kehidupan
siswa.
Untuk lebih jelasnya maka pemakalah mencoba untuk memaparkan materi tentang Constextual Teaching and Learning(CTL). Adapun yang akan dibahas adalah:
1. Konsep dasar strategi pembelajaran Contextual Teaching And Learning
2. Latar Belakang Contextual Teaching And Learning
3. Perbedaan Contextual Teaching and Learning Dengan Konvensional
4. Peran Guru dan Siswa Dalam Contextual Teaching And Learning
5. Pola dan Tahapan Contextual Teching and Learning
- Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Konstektual (CTL)
Constextual Teaching and Learning (CTL) adalah
suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk menekankan kepada materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.[1]
Kontekstual menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Jhonson (2002), pembelajaran kontekstual
adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat
makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu
dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya dan budayanya.
b. The Washington State Consortium for Contextua Teaching and Learning (2001) pembelajaran kontekstual adalah
pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar
sekolah dan diluar sekolah untuk memecahkan seluruh persoaalan yang ada
dalam dunia nyata.
c. Center on Education and Work at the University of Wisconsin Madion (2002) pembelajaran kontekstual
adalah suatu konsepsi belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan
isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat
hubungan-hubungan anata pengetahuan dan aplikasinya dalalm kehidupan
siswa.[2]
Dari
pengertian diatas, pemakalah dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran
komtekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu
siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan
cara mengubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu
dengan konteks kehidupan pribadi, sosial dan budaya nya.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus dipahami;
1. Constextual Teaching and Learning(CTL) menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi
2. Constextual Teaching and Learning(CTL) mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata
3. Constextual Teaching and Learning(CTL) mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
Menurut
analisa pemakalah disini, yang dikatakan dengan menekankan kepada
proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi adalah dimana proses
belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Yang mana
proses pembelajaran dalam konteks CTL tidak mengaharapkan agar siswa
hanya menerima pelajaran akan tetapi berusaha sendiri mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran yang akan dibicarakan atau yang akan
diajarakan oleh guru nya.
Kemudian
mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, maksudnya disini adalah
dimana siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar disekolah dengan kehidupan nyata, dengan ini bagi
siswa materi tersebut tidak hanya sekedar diketahui, akan tetapi materi
materi yang akan dipelajarinya akan ternatanam berat dalam memori siswa,
sehingga tidak akan mudah dilupakan. Kemudian mendorong siswa untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, maksudnya disini adalah
CTL tidak hanya mengharapkan siswa untuk dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Sehubungan dengan itu, ada lima hal karakteristik yang ada dalam proses pembelajaran CTL yaitu ;
1. Dalam CTL proses pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
2. Pembelajaran yang konstektual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru
3. Pemahaman pengetahuan artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami
4. mempraktikkan
pengelaman dan pengetahuan tersebut maksudnya, pengalaman yang
didapatkan siswa harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa
sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
5. melakukan reflexsi terhadap strategi pengembangan pengetahuan [3]
Menurut analisa pemakalah bahwa pembelajaran Contextual Teaching and Learning
sangat menunjang dalam meningkatkan pemahaman seorang anak terhadap
materi yang disampaikan karena pembelajaran tidak hanya sekadar transfer
pengetahuan dari guru kepada siswa namun diharapkan disini bagaimana
siswa mampu memahami materi yang disampaikan dan dalam CTL ini materi
yang disampaikan sesuai dengan kenyataan yang dihadapi siswa dilapangan
atau sesuai dengan pengalaman yang terjadi yang sering ditemukan dalam
lingkungan dimana siswa tersebut berdomisili
- Latar Belakang Filosofis dan Psikologis CTL
1. Latar Belakang Filosofis
CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang
mulai digagas oleh Mark Baldwin yang selanjutunya dikembangkan oleh
Jean Piaget. Aliran filsafat konstruktivisme berangkat dari pemikiran
epistimologi Giambatista Vico yang mana menurut vico pengetahuan itu
tidak telepas dari orang (subjek) yang tahu
Piaget
berpendapat bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur
kognitif yang kemudian dinamakan dengan skema. Skema terbentuk karena
penglaman. Misalnya pada suatu hari anak merasa sakit karena terpercik
api, maka berdasarkan penglamannya terbentuk skema struktur kognitif
anak tentang api bahwa api adalah sesuatu yang membahayakan. Oleh karena
itu harus dihindari.namun semakin dewasa pengalaman anak tentang api
akan bertambah pula. Ketika anak melihat ibunya memasak ayahnya merokok
maka skema yang telah terbentuk itu diskemakan, bahwa api bukan harus
dihindari tetapi dapat dimanfaatkan.
Pandangan
piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam
struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model
pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual. Yang mana
menurut pembelajaran kontekstual pengetahuan itu akan bermakna manakala
ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.
2. Latar Belakang Psikologis
Sesuai
dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena
aktifnya subjek., maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak
pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran
ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan.
Belajar bukan kegiatan mekanis antara stimulus dan respon. Belajar
melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat,
motivasi, dan kemampuan atau pengetahuan.
Dari latar belakang yang mendasari CTL ini maka ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan yakni :
a) Belajar
bukanlah menghafal akan tetapi belajar adalah proses mengkonstruksi
pengetahuan sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki.
b) Belajar adalah proses pemecahan masalah
c) Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang sederhana menuju yang komplek
d) Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.[4]
Berdasarkan
penjelasan di atas, pemakalah dapat menyimpulkan bahwa, semakin banyak
pengalaman yang kita, maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang
kita peroleh. Kemudian pada landasan psikologis ini, bagaimana siswa
bisa menghubungkan pengalaman sendiri dengan materi yang telah diperoleh
nya, dan bagaimana siswa bisa memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
yang berhubungan dengan materi pelajaran, karena dengan memecahkan
masalah, siswa akan berkemmbang secara utuh yang mana buka hanya
perkembagan intelektual akan tetapi juga mental dan emosi, karena dalam
belajar kontekstual ini adalah belajar bagaimana anak bisa menghadapi
setiap persoalan.
- Perbedaan CTL dan Konvensional
Adapun perbedaan pembelajaran CTL dengan konvensional antara lain ;
1. CTL
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, dalam arti kata siswa
berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran. Sedangkan dalam
pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang
berperan sebagai penerima informasi secara pasif
2. Dalam
pembelajaran CTL siswa belajar melalui kegiatan kelompok, berdiskusi
dan lainnya. sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa lebih
banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat dan menghafal
materi pembelajaran
3. Dalam CTL pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata, sedangkan dalam konvensional pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak
4. Dalam
CTL kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan dalam pembelajaran
konvensional kemapauan diperoleh melalui latihan-latihan
5. tujun akhir proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan diri, sedangkan tujuan konvensional adalah nilai dan angka
6. Dalam
CTL tindakan atau prilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri,
sedangkan dalam konvensional dibangun oleh factor luar dirinya
7. Dalam
CTL pengetahuan yang dimiliki individu selalu berkembang sesuai dengan
pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu pada setiap siswa bisa jadi
perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya sedangkan
dalam pembelajaran konvensional itu tidak mungkin terjadi karena kebenaran yang dimiliki bersifat absolute dan final
8. Dalam
CTL siswa bertanggung jawab dalam memonitori dan mengembangkan
pembelajaran, sedangkan konvensional guru penentu jalannya proses
pembelajaran
9. Dalam pembelajaran CTL pembelajaran bisa terjadi dimana saja, sedangkan konvensional hanya terjadi didalam kelas
10. Dalam CTL keberhasilan belajar diukur dengan berbagai cara, sedangkan dalam konvensional keberhasilan belajar diukur dari tes[5]
Menurut
analisa pemakalah bahwa CTL lebih baik dari pembelajran konvensional
dengan alasan CTL sangat menekankan kepada proses bagaimana siswa dapat
aktif dan bisa menemukan dan menggali sendiri materi sedangkan
konvensional kebanyakan siswa hanya menerima dan kalau dilihat CTL
sebuah strategi yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta
tetapi sebuah srategi yang mendorong siswa bisa mengintruksikan
pengetahuan di fikiran mereka sendiri.
- Peran Guru dan Siswa Dalam CTL
Dalam pembelajaran konterkstual, ada beberapa yang perlu menjadi sikap dan cara pandang yang perlu diketehui:
a. terbuka dan berupaya mencari berbagai kemungkinan, baik dari orang lain, buku, dan sebagainya, agar pembelajaran lebih efektif, inovatif, kreatif,
dan menyenangkan. Artinya guru juga diharuskan untuk tertlibat secra
aktif dalam pembelajaran tersebut. Dengan ini, guru senantiasa melakukan
aktualisasi proses pembelajarannya, sehingga selaras dengan tuntutan
pembelajaran sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang baik.
b. Utuh
dan fleksibel dalam mengemas pembelajaran. Metode, pendekatan dan
sarana atau media yang dipergunakan harus bervariasi, tidak hanya
ceramah/ informative saja, tetapi juga dengan berbagai pendekatan yang
menarik.
c. Terlibat secara penuh untuk mengamati, manganalisis, memahami gaya belajar dan kemampuan masing-masing siswa, sehingga dapat menentukan metode yang tepat dalam pembelajaran.
d. Memotivasi siswa untuk berkeinginan belajar terus-menerus dan memberi peluang untuk belajar sesuai dengan kemampuannya.[6]
Sebagaiman yang dijelaskan oleh jonshon (2006) terdapat enam kunci dasar dari pembelajaran kontekstual yaitu :
1. Pembelajaran bermakna
2. Penerapan pengetahuan
3. Berfikir tingkat tinggi
4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar
5. Responsive terhadap budaya
6. Penilaian autentik
Adapun karakteristik dari pembelajaran kontekstual menurut Jhonson antara lain :
1. Melakukan hubungan yang bermakna
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan
3. Bekerjasama
4. Berfikir kritis dan kreatif
5. Mengasuh atau memelihara pribadi peserta didik
6. Mencapai standar yang tinggi
7. Menggunakan penilaian autentik
8. Mencapai standar yang tinggi [7]
Agar anak bisa belajar kreatif, aktif, dan menyenangkan maka guru perlu memperhatikan prinsip pembelajaran sebagai berikut :
1. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran mental siswa
2. Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung
3. Mempertimbangkan keragaman siswa
4. Memperhatikan multi intelegensi siswa[8]
Dalam
proses pembelajaran konstektual, setiap guru perlu memahami tipe
belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa.Menurut Bobbi Deporter (1992) ada tiga tipe belajar siswa yaitu tipe visual, auditorial dan kinestetis.
Karena gaya
belajar setiap siswa berbeda, oleh karena itu ada beberapa hal yang
bisa diperhatikan guru ketika menggunakan pendekatan CTL, antara lain ;
a. Siswa
dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajarnya
sangat dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka,
karena itu peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang
memaksakan kehendak melainkan guru pembimbing siswa agar mereka bisa
belajar sesuai dengan tahap perkembangannya
b. setiap
anak memiliki kecendrungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh
tantangan oleh karena itu guru berperan dalam memilih bahan-bahan yang dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa
c. belajar
bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara
hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah lama, dengan demikian
peranan guru membantu agar setiap siswa mampu menemukan keterkaitan
antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya
d. belajar
bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada (asimilasi),
atau proses pembentukan skema baru (akomodsi), demikian tugas guru
adalah memfasilitasi agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan
proses akomodasi[9]
Guru
perlu memandang siswa sebagai subjek belajar dengan segaka keunikannya.
Siswa adalah organisme yang aktif uang memiliki potensi untuk membnagun
pengetahuannya sendiri.walaupun guru memberikan informasi kepada siswa
guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk menggali informasi itu
agar lebih bermakna untuk kehidupan mereka.
- Pola dan Tahapan CTL
Adapun
pola pembelajaran CTL untuk mencapai kompetensi yang sama dengan
menggunakan CTL, guru melakukan langkah-langkah pembelajran sebagai
berikut :
1. Pendahuluan
a. Guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya materi pembelajaran yang akan dipelajari
b. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
Misalnya :
1) siswa dibagi kedalam beberapa kelompok
2) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi
3) Siswa ditugaskan mencatat barang temuannya
c. Guru melakukan tanya jawab terhadap tugas yang diberikan kepada sisws
2. Inti
Di lapangan
- siswa melakukan observasi sesuai tugas yang diberikan
- mencatat hasil observasi
Di dalam kelas
a. siswa mendiskusiksn
b. siswa melaporkan
c. setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan
Penutup
a. Dengan bantuan guru siswa menyimplkan hasil observasi sekitar masalah sesuai dengan indikataor hasil belajar yang harus dicapai
b. Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar tersebut[10]
Jadi
dari pola pembelajaran diatas dapat kita lihat bahwa pembelajarana CTL
untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep anak mengalami langsung
dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk
mencatat atau untuk menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas
digunakan untuk saling membelajarkan.
Untuk
lebih memahami bagaimana mengaplikasikan CTL dalam proses pembelajaran,
di bawah ini disajikan contoh penerapannya. Dalam contoh tersebut
dipaparkan bagiamana guru menyampaikan pembelajran dengan pola CTL. Hal
ini dimaksudkan agar kita dapat memahami penerapan pembelajaran CTL
tersebut.
Misalnya, pada suatu
hari guru akan membelajarkan anak tentang fungsi pasar. Kompetensi yang
harus dicapai adalah kemampuan anak untuk memahami fungsi dan jenis
pasar. Untuk mencapai kompetensi tersebut dirumuskan berbagai indicator
hasil belajar:
a. Siswa dapat menjelaskan pengertian pasar
b. Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pasar
c. Siswa
dapat menjelaskan perbedaan karakteristik antara pasar tradisional
dengan pasar non- tradisional ( misalnya swalayan dengan mall)
d. Siswa dapat menyimpulkan tentang fungsi pasar
e. Siswa dapat membuat karangan yang ada kaitannya dengan pasar.
- Kesimpulan
Constextual Teaching and Learning (CTL) adalah
suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk menekankan kepada materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dalam arti kata CTL
merupakan proses pembelajaran yang menghubungkan materi dengan
lingkungan atau dengan hal-hal dalam kehidupan mereka sehari-hari
Berdasarkan
landasaan filosofis hal yang mendasari adalah bahwa pengetahuan
terbentuk karena aktifnya subjek. Dan dipandang dari sudut psikologis
CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan.
CTL
sangat berbeda dengan konvensional dari sudut pandang apapun, seperti
dalam pelaksanaan pembeljaran dalam CTLsiswa aktif karena siswalah yang
bekerja atau berproses dalam menemukan materi yang dipelajarinya dengan
menghubungkan dengan situasi kehidupan yang nyata. Sedangkan
konvensional siswa hanya pasif.
DAFTAR PUSTAKA
Naginun Naim,2009. Manjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Ramayulis,2008,Metodologi Pendidikan Agma Islam,Jakarta:Kalam Mulia
Trianto,2009,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif Konsep Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),Jakarta:Kencana Media Group
Kuhandar,2007,Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Atau KTSP dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru,Jakarta:PT.Raja Gravindo Persada
Wina Sanjaya,2006,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,Jakarta:Kencana Prenada Media Group
Wina Sanjaya,2006,Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta:Kencana
[1] Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2006),hlm.255
[2] Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:Kencana,2006),hlm.110
[4] Op.Cit. Wina Sanjaya , Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan hlm.256-250
[5] Ibid. Wina Sanjaya , Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan hlm. 260-262
[6] Naginun Naim. Manjadi Guru Inspiratif. (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2009), Hlm.188-189
[7] Ramayulis,Metodologi Pendidikan Agma Islam,(Jakarta:Kalam Mulia,2008),hlm.256-257
[8] Kuhandar,Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Atau KTSP dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru,(Jakarta:PT.Raja Gravindo Persada,2007),hlm.303
[9] Wina Sanjaya,hlm.116-118
[10] Wina Sanjaya,op.cit,hlm.270-272
Tidak ada komentar:
Posting Komentar